Pemerintahan di seluruh dunia pada saat ini menghadapi "tekanan" dari
berbagai pihak untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik dan
meningkatkan partisipasi aktif dalam pemberian informasi bagi masyarakat
serta dituntut untuk lebih efektif.
Hal tersebut menyebabkan eGovernment atau pemerintahan berbasis
elektronik semakin berperan penting bagi semua pengambil keputusan.
Pemerintah Tradisional (traditional government) yang identik dengan
paper-based administration mulai ditinggalkan.
Transformasi traditional government menjadi electronic government
(eGovernment) menjadi salah satu isu kebijakan publik yang hangat
dibicarakan saat ini. Di Indonesia eGovernment baru dimulai dengan
inisiatif yang dicanangkan beberapa tahun lalu. Tulisan ini mencoba
membahas definisi dan tujuan eGovernment dan memberikan contoh
praktek/kaidah terbaik (best practice) yang telah dilakukan oleh
negara-negara di Eropa yang cukup maju dalam penerapan eGovernment-nya.
Tantangan dan langkah yang harus diambil pemerintah di era globalisasi
akan menjadi simpulan dalam tulisan ini.
Berdasarkan definisi dari World Bank, eGovernment adalah penggunaan
teknologi informasi oleh pemerintah (seperti : Wide Area Network,
Internet dan mobile computing) yang memungkinkan pemerintah untuk
mentransformasikan hubungan dengan masyarakat, dunia bisnis dan pihak
yang berkepentingan. (www.worldbank.org). Dalam prakteknya,eGovernment
adalah penggunaan Internet untuk melaksanakan urusan pemerintah dan
penyediaan pelayanan publik yang lebih baik dan cara yang berorientasi
pada pelayanan masyarakat.
Secara ringkas tujuan yang ingin dicapai dengan implementasi eGovernment
adalah untuk menciptakan customer online dan bukan in-line. eGovernment
bertujuan memberikan pelayanan tanpa adanya intervensi pegawai
institusi publik dan sistem antrian yang panjang hanya untuk mendapatkan
suatu pelayanan yang sederhana. Selain itu eGovernment juga bertujuan
untuk mendukung good governance. Penggunaan teknologi yang mempermudah
masyarakat untuk mengakses informasi dapat mengurangi korupsi dengan
cara meningkatkan transparansi dan akuntabilitas lembaga publik.
eGovernment dapat memperluas partisipasi publik dimana masyarakat
dimungkinkan untuk terlibat aktif dalam pengambilan keputusan/kebijakan
oleh pemerintah. eGovernment juga diharapkan dapat memperbaiki
produktifitas dan efisiensi birokrasi serta meningkatkan pertumbuhan
ekonomi. Adapun konsep dari eGovernment adalah menciptakan interaksi
yang ramah, nyaman, transparan dan murah antara pemerintah dan
masyarakat (G2C-government to citizens), pemerintah dan perusahaan
bisnis (G2B-government to business enterprises) dan hubungan antar
pemerintah (G2G-inter-agency relationship).
Inisiatif eGovernment di Indonesia telah diperkenalkan melalui Instruksi
Presiden No. 6/2001 tgl. 24 April 2001 tentang Telematika
(Telekomunikasi, Media dan Informatika) yang menyatakan bahwa aparat
pemerintah harus menggunakan teknologi telematika untuk mendukung good
governance dan mempercepat proses demokrasi. Lebih jauh lagi,
eGovernment wajib diperkenalkan untuk tujuan yang berbeda di
kantor-kantor pemerintahan. Administrasi publik adalah salah satu area
dimana internet dapat digunakan untuk menyediakan akses bagi semua
masyarakat yang berupa pelayanan yang mendasar dan mensimplifikasi
hubungan antar masyarakat dan pemerintah.
eGovernment dengan menyediakan pelayanan melalui internet dapat dibagi
dalam beberapa tingkatan yaitu penyediaan informasi, interaksi satu
arah, interaksi dua arah dan transaksi yang berarti pelayanan elektronik
secara penuh. Interaksi satu arah bisa berupa fasilitas men-download
formulir yang dibutuhkan. Pemrosesan / pengumpulan formulir secara
online merupakan contoh interaksi dua arah. Sedangkan pelayanan
elektronik penuh berupa pengambilan keputusan dan delivery (pembayaran).
Berdasarkan fakta yang ada pelaksanaan eGovernment di Indonesia
sebagian besar barulah pada tahap publikasi situs oleh pemerintah atau
baru pada tahap pemberian informasi. Data Maret 2002 menunjukkan 369
kantor pemerintahan telah membuka situs mereka. Akan tetapi 24% dari
situs tersebut gagal untuk mempertahankan kelangsungan waktu operasi
karena anggaran yang terbatas. Saat ini hanya 85 situs yang beroperasi
dengan pilihan yang lengkap. (Jakarta Post, 15 Januari 2003). Akan
tetapi perlu digarisbawahi bahwa eGovernment bukan hanya sekedar
publikasi situs oleh pemerintah. Pemberian pelayanan sampai dengan tahap
full-electronic delivery service perlu diupayakan.
Beberapa contoh implementasi eGovernment yang mendominasi di seluruh
dunia saat ini berupa pelayanan pendaftaran warga negara antar lain
pendaftaran kelahiran, pernikahan dan penggantian alamat, perhitungan
pajak (pajak penghasilan, pajak perusahaan dan custom duties),
pendaftaran bisnis, perizinan kendaraan dsb.
Sebagai studi komparatif, dapat kita simak penerapan eGovernment di
negara-negara Uni Eropa. Uni Eropa merupakan salah satu komunitas yang
telah menerapkan eGovernment dengan sukses. Hanya Canada, Singapura dan
Amerika yang telah mengungguli Uni Eropa dalam area eGovernment. Uni
Eropa sendiri telah memiliki official website yang cukup modern dimana
setiap masyarakat dapat mengakses informasi terbaru dan kebijakan serta
dasar hukum kebijakan pemerintah tersebut. Pada waktu-waktu tertentu
masyarakat bahkan dapat berinteraksi langsung dengan para pengambil
keputusan melalui fasilitas chatting. (www.europa.eu.int). Dengan
portalnya yang sangat besar kapasitasnya, para warga dapat melamar
pekerjaan serta magang di institusi tersebut. Masih banyak lagi
fasilitas yang diberikan melalui portalnya. Untuk memotivasi public
service dalam melaksanakan eGovernment, eEurope awards
(www.e-europeawards.org) dilaksanakan dalam rangka memfasilitasi sharing
experience dan mutual learning antar anggota Uni Eropa. Selain itu
eGovernment di Eropa juga ditampilkan dengan memberikan fasilitas akses
langsung ke portal pemerintahan negara anggota dan negara aplikan serta
negara Eropa lainnya. Contoh best practice yang terdapat di Belanda
antara lain administrasi bea cukai yang dapat dilakukan secara online
sehingga dapat dikontrol dan mengurangi kasus suap. Di Inggris para
warga negaranya dapat melakukan aplikasi dan pembaharuan paspor secara
online. Sedangkan di Perancis, pembayaran kembali biaya yang dikeluarkan
untuk biaya pengobatan oleh perusahaan asuransi telah dapat dilakukan
secara online. Pemerintahan daerah Bonn di Jerman saat ini menyediakan
pelayanan online berupa pendaftaran Taman Kanak-Kanak. Melalui portal
online-nya masyarakat dapat memperoleh informasi mengenai seluruh TK di
kota itu dan orang tua murid dapat mendaftar secara langsung untuk
dihubungi melalui telepon.
Penerapan benchmarking process dan best practice dissemination Uni Eropa
telah membuahkan hasil yang cukup fantastis. Berdasarkan survei yang
dilakukan oleh Cap Gemini Ernst & Young terhadap penerapan
eGovernment di Eropa diperoleh bahwa 5 negara (Denmark, Perancis,
Italia, Swedia dan Finlandia ) telah berhasil menerapkan pelayanan
elektronik secara penuh untuk beberapa jenis pelayanan seperti pajak
pendapatan. Survei tersebut juga menunjukkan bahwa 86 % pelayanan publik
di Uni Eropa telah tersedia secara online.
Selain itu suksesnya eGovernment di Eropa merupakan kontribusi kebijakan
publik yang sesuai dengan karakteristik eGovernment itu sendiri. Soft
policy berupa kebijakan Open Method Coordination pada eGovernment Eropa
yang dimulai dengan visi yang luas dan jelas dan diikuti dengan
dissemination, proses benchmarking, monitoring berkala, evaluasi dan
review secara pasangan dan diorganisir sebagai proses pembelajaran
mutual terbukti sukses dalam rangka melaksanakan eGovernment di Eropa.
Mencermati uraian di atas dan memperhatikan kondisi yang ada, penerapan
eGovernment di Indonesia menghadapi beberapa tantangan khususnya yang
dihadapi oleh organisasi pemerintah. Salah satu diantaranya adalah
masalah sumber daya manusia yang belum memadai. Penerapan eGovernment di
kantor-kantor publik perlu didukung oleh pegawai yang mengerti mengenai
teknologi. Yang juga diperlukan adalah pegawai yang mau belajar dan
mampu menanggapi perubahan (manage change). Teknologi informasi berubah
secara cepat sehingga kemauan belajar pun dituntut untuk dimiliki setiap
pegawai lembaga publik. Selain itu penerapan eGovernment memerlukan
perubahan dalam organisasi dan dukungan ketrampilan baru. Uni Eropa
sebagai salah satu komunitas yang telah berhasil menerapkan
eGovernment-nya mendefinisikan eGovernment bukan hanya sekedar
penggunaan teknologi informasi melainkan ?penggunaan teknologi informasi
yang juga dikombinasikan dengan perubahan organisasi dan ketrampilan
baru dalam rangka memperbaiki pelayanan publik dan proses demokrasi dan
mendukung kebijakan publik?. Organisasi pemerintahan di Indonesia perlu
ditata ulang untuk dapat menerapkan eGovernment secara efektif. KKN yang
membudaya mempengaruhi kesiapan dalam mempermudah akses publik melalui
informasi. Jika KKN tidak dientaskan terlebih dahulu akan ada oknum yang
akan mempergunakan kesempatan dengan mempersulit mendapatkan informasi.
Budaya korupsi perlu dihilangkan dalam rangka meningkatkan pelayanan
sehingga kemudahan yang dicapai dengan eGovernment dapat disediakan
dengan tidak menimbulkan ongkos ekonomi yang lebih tinggi yang harus
dibayar masyarakat. Perlunya diciptakan budaya yang menomorsatukan
masyarakat dan budaya melayani.
Dengan kata lain eGovernment is not just
about technology but change of culture. Infrastruktur yang belum memadai termasuk kurangnya tempat akses umum
merupakan tantangan yang lain. Penyediaan pelayanan melalui eGovernment
perlu didukung oleh tingkat penetrasi internet yang tinggi baik dari
rumah tangga ataupun stand/kios umum. Sebagai gambaran pada tahun 2001
penetrasi internet baru mencapai 1,9 juta penduduk atau 7,6 persen dari
total populasi Indonesia. Pada tahun 2002 dengan 667.000 jumlah
pelanggan internet dan 4.500.000 pengguna komputer dan telepon,
persentasi penggunaan internet di Indonesia sangatlah rendah. Tingkat
penetrasi yang rendah ini juga merupakan suatu kendala. (Sumber:
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia/APJII).
Sebagai perbandingan di Eropa, walaupun belum merata di semua negara
Eropa, beberapa negara seperti Belanda, Swedia dan Denmark internet
akses pada rumah tangga telah mencapai 60 % dimana rata-rata internet
akses rumah tangga di 15 negara Uni Eropa sekitar 40 %. Sementara
penetrasi internet secara keseluruhan di Uni Eropa telah mencapai 40,4 %
pada Juni 2002. (Sumber : Eurobarometer). Tidak dapat disangkal bahwa
angka-angka tersebut telah memuluskan jalan untuk suksesnya implementasi
eGovernment di Eropa. Terbatasnya infrastuktur juga berhubungan dengan
terbatasnya anggaran pemerintah dan masalah sosial lain seperti
pemerataan dan kependudukan. Keterbatasan pemerintah untuk menyediakan
tempat akses gratis bagi masyarakat menjadi hambatan dalam penyediaan
pelayanan eGovernment secara optimal.
Menghadapi tantangan tersebut di atas, Pemerintah kiranya perlu
melakukan upaya peningkatan kualitas SDM. Perlu diadakannya pelatihan
bagi para pegawai pemerintahan mengenai teknologi. Karena teknologi
berubah secara cepat maka para pegawai perlu disiapkan juga dengan
mental yang mau belajar dan tanggap menganggapi perubahan. Sehubungan
dengan kendala kultural (cultural barriers) yang ada, kesiapan Indonesia
untuk menerapkan eGovernment tergantung dari komitmen dari pegawai
publik untuk mau membagi informasi serta memperlakukan masyarakat
seperti "pelanggan". Indonesia juga perlu menata ulang organisasinya
yang antara lain dapat dilakukan dengan secara bertahap menghapuskan
praktek KKN yang berkontribusi pada kendala budaya dalam rangka
pelaksanaan eGovernment. Oknum-oknum yang menggunakan kesempatan dengan
mepersulit mendapatkan informasi yang perlu dicegah. Selain hal tersebut
di atas perlu juga kiranya dikaji kebijakan atau policy apa yang
digunakan dalam rangka pelaksanaan eGovernment di Indonesia. Kebijakan
untuk mengimplementasikan eGovernment perlu suatu keseragaman dasar
hukum/maupun landasan pelaksanaan yang jelas. Selain kebijakan tersebut
perlu ditetapkan lebih lanjut dasar hukum / petunjuk teknis penerapan
eGovernment atau cyber law.
Keuntungan yang diperoleh dari eGovernment bukan hanya sekedar
menyediakan pelayanan online tetapi lebih luas daripada itu, karena
kinerja sektor publik juga berkontribusi pada kemajuan ekonomi dan
sosial suatu negara. Di era globalisasi penerapan eGovernment penting
karena telah memodernisasi pemerintahan publik di seluruh dunia dan juga
hubungan antara pemerintahan atau negara. Sebagai tambahan selain
contoh di Uni Eropa, beberapa negara di Asia bahkan telah menggunakan
eGovernment-nya dalam melaksanakan hubungan bilateral mereka. Sejalan
dengan tujuan yang ingin dicapai cepat atau lambat Indonesia dituntut
untuk dapat menerapkan eGovernment. Pada saat ini eGovernment merupakan
suatu keharusan dalam rangka menciptakan pelayanan publik yang lebih
baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Diharapkan agar tidak
- Junk
- Sara
- Mencaci Maki
Diblog ini ya, teman - teman para bloger :D